Rabu, 24 November 2010

Prestasi TERBURUK vs hikmah

Malang, dalam renungan hamba tak berdaya

Rasa galau menyelimuti seketika, saat aku harus menelan pil pahit vonis KEGAGALAN yang keluar dari lisan dosen pembimbingku. "IP 2,33 kalau di kampus ini ya terbilang buruk, beda lagi kalau di kampus lain yang penilaiannya lebih ketat". Seketika itu aku semakin merasa bahwa inilah keterpurukanku setelah sekian lama menimba ilmu di almamater tercinta.

Muncul banyak pemikiran dari kegalauan ini, "Seburuk itukah prestasi ini???
Tentunya aku tak mau kalau segudang aktivitasku dijadikan kambing hitam atas keterpurukan yang kualami. Jika memang benar demikian, sia-sialah perjuanganku selama ini untuk mewujudkan character building yang aku cita-citakan selama ini.

Namun kegalauan itu sirna saat muncul logika yang cukup rasional bahwa "Lingkungan turut mendukung pencapaian prestasi seseorang". Jadi bagaimanapun padatnya aktivitas seseorang namun jika kondisi lingkungan akademis penuh dengan "tekanan" positif, maka tak ada pilihan lain jika ingin mempertahankan prestasinya maka seorang aktivis pun harus memberikan motivasi lebih pada dirinya untuk mengoptimalkan proses belajarnya dalam koridor akademis.

Pemikiranku turut mengiyakan statement tersebut. Memang bagi diri ini, kecenderungan untuk meremehkan kuliah timbul ketika energi positif habis untuk memikirkan segudang aktivitas dan amanah diluar sana. Belajar pun seperti angin lalu, ketika ada sisa energi digunakan seadanya tanpa ada sebuah niatan atau motivasi untuk mendapatkan hasil terbaik dalam belajar. Maka keterpurukan itu akhirnya harus kutelan sebagai pil pahit yang seharusnya tak terjadi.

Dari pengalaman ini ada sebuah hikmah yang dapat kutanamkan bahwa "Prestasi tak kan pernah tercapai ketika tidak ada sebuah ketekunan dan motivasi yang kuat untuk meraihnya" dan bahwa tujuan awal untuk menimba ilmu merupakan pijakan yang harus dipahami oleh setiap orang yang menimba ilmu, karena tidak ada sebuah "pembedaan" bahwa ilmu yang satu dengan yang lain adalah lebih penting. Karena ilmu kita hanyalah sebagian kecil dari ilmu Allah yang harus kita pelajari sebagai makhluknya yang berpikir dan khalifatullah di bumi ini. dan pada akhirnya kita harus mempertanggungjawabkannya ketika kembali ke sisi-Nya.

Prestasi tak kan pernah tercapai ketika tidak ada sebuah ketekunan dan motivasi yang kuat untuk meraihnya

0 komentar:

Posting Komentar

Apa komentar anda?

Template by:

Free Blog Templates