Bangkit dari keterpurukan adalah hal yang cukup berat bagi sebagian orang. Dibutuhkan mental yang kuat untuk bisa membangkitkan motivasi dalam dirinya. Dengan motivasi itulah ia terdorong untuk berbuat sesuatu agar keluar dari jurang keterpurukan itu.
Keterpurukan adalah titik nadir dimana seseorang dapat memulai kembali kehidupannya. Ditengah keterpurukan, dia akan mencoba keluar dari pola pikirnya yang subyektif. Maksudnya menilai keadaannya dari kaca mata sudut pandangnya sendiri, padahal dalam kondisi tersebut dia tidak mampu menemukan titik permasalahan yang membuatnya terpuruk. Dengan keluar dari pola pikir tersebut, seseorang dapat menilai secara obyektif keadaannya. Bisa jadi pola pikirnya akan senantiasa mengarah pada kecenderungan positif karena ia dapat memasukkan nilai-nilai kebijaksanaan dalam setiap penilaian akan keadaan dirinya.
Ada cerita, seorang mahasiswa semester akhir yang sedang mengerjakan skripsi. Dia termasuk seseorang yang diteladani oleh teman-temannya. Saat sedang dalam proses pengerjaan tahap akhir, dia dihadapkan pada amanah yang sangat penting dan mendesak sehingga harus ditinggalkannya pengerjaan skripsi yang tinggal sedikit.
Dari waktu ke waktu, ternyata mahasiswa ini tenggelam dalam kesibukannya dan menyebabkan skripsinya terbengkalai. Rekan-rekannya berulang kali menasehati, namun dia selalu ada alasan untuk menomorduakan skripsinya. Tiba waktunya dia harus menyelesaikan skripsi karena mendekati deadline, tapi dia tidak tahu harus berbuat apa lagi.
Dia ditegur oleh dosen pembimbingnya karena menyalahi komitmen, dimarahi orang tuanya karena tidak segera menuntaskan studi, dan banyak hal yang membuatnya tertekan. Ditambah lagi dia harus menelan pil pahit, ditinggalkan oleh rekan-rekannya yang telah lebih dulu lulus, membuat ia semakin risau dengan nasibnya.
Di saat-saat menentukan, ia instrospeksi diri dan mencoba untuk bangkit kembali dan berjuang menyusul ketertinggalannya. Tidak mudah memang, namun dia juga tidak patah semangat. Dia menguatkan dirinya untuk berjuang. "Untuk siapa lagi aku berjuang, kalau bukan untuk diriku?", itulah yang ia tanamkan dalam benaknya. Dia terus memompa semangat dan menjadi semakin dewasa karena mampu bersikap bijak dengan keadaannya. Alhasil ia pun menyelesaikan skripsinya dengan penuh kepercayaan diri. Perjuangan apa adanya dan pantang putus asa, memberikan kekuatan dalam dirinya untuk bangkit dan berjuang.
Itulah cerita tentang kegigihan yang muncul dalam diri seseorang manakala ia mengalami keterpurukan, namun ia mampu untuk bangkit dan berjuang menggapai asa. Tentunya banyak hikmah yang dapat kita raih dengan senantiasa bersyukur akan nikmat kehidupan yang kita raih, karena dengan bersyukur maka kita tidak akan terjerumus untuk menyia-nyiakan hidup kita. Wallahu'alam
Keterpurukan adalah titik nadir dimana seseorang dapat memulai kembali kehidupannya. Ditengah keterpurukan, dia akan mencoba keluar dari pola pikirnya yang subyektif. Maksudnya menilai keadaannya dari kaca mata sudut pandangnya sendiri, padahal dalam kondisi tersebut dia tidak mampu menemukan titik permasalahan yang membuatnya terpuruk. Dengan keluar dari pola pikir tersebut, seseorang dapat menilai secara obyektif keadaannya. Bisa jadi pola pikirnya akan senantiasa mengarah pada kecenderungan positif karena ia dapat memasukkan nilai-nilai kebijaksanaan dalam setiap penilaian akan keadaan dirinya.
Ada cerita, seorang mahasiswa semester akhir yang sedang mengerjakan skripsi. Dia termasuk seseorang yang diteladani oleh teman-temannya. Saat sedang dalam proses pengerjaan tahap akhir, dia dihadapkan pada amanah yang sangat penting dan mendesak sehingga harus ditinggalkannya pengerjaan skripsi yang tinggal sedikit.
Dari waktu ke waktu, ternyata mahasiswa ini tenggelam dalam kesibukannya dan menyebabkan skripsinya terbengkalai. Rekan-rekannya berulang kali menasehati, namun dia selalu ada alasan untuk menomorduakan skripsinya. Tiba waktunya dia harus menyelesaikan skripsi karena mendekati deadline, tapi dia tidak tahu harus berbuat apa lagi.
Dia ditegur oleh dosen pembimbingnya karena menyalahi komitmen, dimarahi orang tuanya karena tidak segera menuntaskan studi, dan banyak hal yang membuatnya tertekan. Ditambah lagi dia harus menelan pil pahit, ditinggalkan oleh rekan-rekannya yang telah lebih dulu lulus, membuat ia semakin risau dengan nasibnya.
Di saat-saat menentukan, ia instrospeksi diri dan mencoba untuk bangkit kembali dan berjuang menyusul ketertinggalannya. Tidak mudah memang, namun dia juga tidak patah semangat. Dia menguatkan dirinya untuk berjuang. "Untuk siapa lagi aku berjuang, kalau bukan untuk diriku?", itulah yang ia tanamkan dalam benaknya. Dia terus memompa semangat dan menjadi semakin dewasa karena mampu bersikap bijak dengan keadaannya. Alhasil ia pun menyelesaikan skripsinya dengan penuh kepercayaan diri. Perjuangan apa adanya dan pantang putus asa, memberikan kekuatan dalam dirinya untuk bangkit dan berjuang.
Itulah cerita tentang kegigihan yang muncul dalam diri seseorang manakala ia mengalami keterpurukan, namun ia mampu untuk bangkit dan berjuang menggapai asa. Tentunya banyak hikmah yang dapat kita raih dengan senantiasa bersyukur akan nikmat kehidupan yang kita raih, karena dengan bersyukur maka kita tidak akan terjerumus untuk menyia-nyiakan hidup kita. Wallahu'alam
0 komentar:
Posting Komentar
Apa komentar anda?